Peradaban Bangsa Eropa di Nusantara | Sejarah Kelas XI

 

Peradaban bangsa Eropa

Sahabat Latis, siapa yang tidak suka mempelajari sejarah? Walaupun kalian ga suka, Mimin bakal membuat kalian suka deh apalagi kita bakal membahas tentang peradaban bangsa Eropa.


Peradaban Bangsa Eropa di Nusantara


Di Indonesia, begitu banyak bangsa asing yang ingin masuk karena kandungan rempah-rempah yang banyak. Dalam buku Praktik Ekonomi dan Keuangan Syariah oleh Kerajaan Islam di Indonesia (2020) oleh Ferry Syarifuddin dan Ali Sakti, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya bangsa Eropa.


Contohnya Perang Salib yang menjadi salah satu faktor pendorong utama datangnya bangsa Eropa ke Nusantara. Hal itu memaksa para pedagang dari berbagai negara Eropa untuk mengubah jalur perdagangannya. Bahkan tingginya permintaan akan rempah-rempah turut mendorong datangnya bangsa Eropa ke Nusantara.


Apalagi ya faktor-faktornya?


- Mereka sedang semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang Islam

- Jatuhnya Konstantinopel. Itu merupakan ibu kota imperium Romawi Timur ke tangan Dinasti Usmani (Ottoman) Turki yang di bawah Sultan Muhammad II (1451-1481) pada 1453.

- Mereka ingin untuk mengetahui rahasia alam semesta Indonesia termasuk keadaan geografi, dan bangsa yang tinggal di belahan Bumi lain, karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

- Mereka ingin untuk mendapatkan rempah-rempah.

- Terinspirasi dari kisah penjelajahan Marco Polo (1254-1324), seorang pedagang Venesia, Italia, ke China yang dituangkan dalam Book of Various Experiences.

- Keinginan untuk mendapatkan kekayaan (gold), menyebarkan agama Kristen (gospel), dan mencapai kejayaan (glory).

- Serakah karena ingin memperoleh keuntungan atau kekayaan sebanyak-banyaknya.

Jika kita break down lagi menjadi:


a. Perang Salib

Kita bahas yang ini dulu ya! Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang agama di Asia Barat dan Eropa. Berlangsung antara abad ke-11 sampai abad ke-17, yang disokong oleh Gereja Katolik. Perang ini melibatkan masyarakat dari Eropa melawan Turki Seljuk dan orang Arab. Perang tersebut berlangsung selama 200 tahun dan terbagi menjadi tujuh periode. Bayangin dong sekian tahun pernah melulu.

Perang itu disebut Perang Salib oleh orang Kristen tapi orang Islam menyebutnya dengan Perang Suci. Penyebabnya adalah perebutan Kota Yerusalem. Perang yang berlarut-larut ini membuat jalur perdagangan Asia–Eropa menjadi terputus. Perang tersebut juga berdampak kepada habisnya kekayaan bangsa Eropa karena dialokasikan untuk peperangan.

Sebenarnya di jaman sekarang juga ada sih perang model Perang Salib. Karena orang-orang yang ikut serta dalam perang ini meyakini perjuangan mereka sebagai tobat demi memperoleh ampunan atas dosa-dosa yang sudah mereka akui. Ya jadi kebayang isinya orang-orang yang gimana.

Perang Salib pertama kali dicetuskan oleh Paus Urbanus II pada 1095 dalam sidang Konsili Clermont. Dia mengimbau para hadirin untuk mengangkat senjata membantu Kaisar Romawi Timur melawan orang Turki Seljuk. Supaya lebih dominan agamanya, ia menghimbau juga untuk melakukan ziarah bersenjata ke Yerusalem. Imbauannya ditanggapi dengan penuh semangat oleh seluruh lapisan masyarakat Eropa Barat. Para sukarelawan lantas dikukuhkan menjadi anggota Laskar Salib melalui pengikraran di muka umum.

Motif mereka ikut perang berbeda-beda. Ada yang sekadar ingin pergi ke Yerusalem agar ikut terangkat ramai-ramai ke surga, ada yang melakukannya demi bakti kepada majikan, ada yang hendak mencari ketenaran dan nama baik, dan ada pula yang bernafsu meraup keuntungan ekonomi maupun politik melalui keikutsertaannya.

Istilah “Perang Salib” belum dikenal saat itu. Kampanye militer umat Kristen kala itu disebut dengan “lawatan” (bahasa Latin: iter) atau “ziarah” (bahasa Latin: peregrinatio). Perang-perang dengan restu dari gereja ini baru dikait-kaitkan dengan istilah “salib” setelah kata “crucesignatus” (orang yang diberi tanda salib) dari bahasa Latin mulai digunakan pada akhir abad ke-12.

Kalau kalian lihat di Kamus Bahasa Inggris Oxford, etimologi kata “crusade” (istilah Inggris untuk “Perang Salib”) berkaitan dengan kata croisade dalam bahasa Prancis modern, croisée dalam bahasa Prancis kuno, crozada dalam bahasa Provençal, cruzada dalam bahasa Portugis dan Spanyol, dan crociata dalam bahasa Italia. Semua kata ini adalah turunan dari kata cruciāta atau cruxiata dalam bahasa Latin Abad Pertengahan, yang mula-mula berarti “menyiksa” atau “menyalibkan”. Terkesan sadis lalu sejak abad ke-12 juga berarti “membuat tanda salib”

b. Robohnya Konstantinopel

Pada 29 Mei 1453, Khalifah Utsmaniyah yang berpusat di Turki berhasil menguasai Konstantinopel. turki sebelumnya termasuk wilayah kekuasan Kerajaan Romawi–Byzantium. Perebutan yang terjadi dipimpin oleh Raja Turki, Sultan Mehmed II. Memang sudah lama kita ini merupakan kota yang diperebutkan, bukan hanya karena sejarah kejayaannya, tetapi juga karena kota ini merupakan salah satu titik penting dalam jalur perdagangan darat yang menyambungkan Eropa dengan Asia.

Setelah Konstantinopel diduduki Turki Usmani, jalur perdagangan darat Asia–Eropa terputus. Penyebabnya karena Turki Usmani melarang orang-orang Eropa melewati Konstantinopel. Bangsa-bangsa Eropa lantas kesulitan untuk mendapatkan akses berdagang ke Asia. Sebab, Konstantinopel merupakan wilayah yang dijadikan sebagai pintu masuk perdagangan Asia dan Eropa.

Permintaan pasar terhadap rempah-rempah, kain sutra, dan obat-obatan di sisi lain semakin meningkat. Bangsa-bangsa Eropa kesulitan memenuhi permintaan tersebut. Hal ini memaksa mereka mencari jalur pedagangan lain selain Konstantinopel, misalnya bangsa-bangsa di Asia seperti Indonesia.

Setelah berhasil menaklukkan kota itu, Sultan Mehmed II berdiam di Konstantinopel selama 23 hari lamanya pasca penaklulan, menyelesaikan segala urusan-urusannya, dan mengatur pengelolaan kota yang baru ditakluk itu. Dia lantas membuka satu permulaan dari dekritnya soal kota itu, bahwa Konstantinopel dijadikannya sebagai ibu kota.


Sultan lalu mengambil gelar “al-Fātih” (bahasa Arab: penakluk) dan “Abul-Fath” (bahasa Arab: bapak penakluk). Inilah yang membuatnya dikenal dengan nama “Muhammad al-Fātih”. Nama tersebut dalam bahasa Turki Utsmaniyah ditulis فاتح سُلطان مُحمَّد خان ثانى atau “Fatih Sultan Muhammad Khan Tsani”, sedangkan dalam bahasa Turki modern ditulis dengan sebutan “Fâtih Sultan Mehmed Han II”.

c. Mengincar Rempah-Rempah

Dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2004 (2007), Merle Calvin Ricklefs menyebutkan jika alasan terbesar kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia atau Kepulauan Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah merupakan bahan baku yang berharga di Eropa. Mereka menjadikan rempah sebagai bahan baku obat, parfum, makanan, dan yang paling penting adalah sebagai pengawet makanan.

Kenapa mereka  seobsesi itu? Orang-orang Eropa kala itu mesti menyembelih semua ternaknya. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging ternak tersebut harus diawetkan, tetapi bahan pengawet makanan waktu itu adalah rempah-rempah. Terputusnya jalur perdagangan karena Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani membuat bangsa-bangsa Eropa tergerak untuk mencari jalur perdagangan rempah sendiri.

Yah, waktu itu Indonesia udah dikenal dengan remah-rempahnya. Waktu itu negara kita dikenal dengan Kepulauan Nusantara dengan komoditi terbesarnya adalah lada, cengkeh, dan pala. Pertanyaannya adalah, kok bisa mereka tau ya? Hm... itu masalahnya. 

Usut punya usut, Portugis, Spanyol, dan Belanda tidak datang ke Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan warganya akan rempah semata. Mereka juga berniat untuk memonopoli perdagangan rempah.

d. Perkembangan Teknologi dan Sains

Okelah mereka kalah di perang Salib, tapi ternyata hikmahnya adalah mereka mengalami kemajuan teknologi dan sains.  Akhirnya berakhir sudah fase Abad Gelap dan digantikan dengan Renaisans atau Abad Pencerahan sejak abad ke-15 M. Selain itu, kekalahan Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa menyadari kekurangan mereka dalam hal teknologi dan ilmu pengetahuan.

Muncullah kemudian teori heliosentrisme yang diperkenalkan oleh Nicolas Copernicus dan Galileo Galilei. Pembuktian-pembuktian bahwa bumi berbentuk bulat dan mempunyai orbit yang mengelilingi matahari dapat dilakukan setelah ilmu astronomi ditemukan dan berkembang.

Dari teori itu, lahirlah tabir bahwa pengetahuan orang Eropa atas dunia ternyata begitu sempit. Wah kalo mereka menyebut diri mereka sempit lalu apa kabar sama kita ya? Inilah yang menyebabkan munculnya keinginan untuk mencari tahu hal-hal yang belum diketahui tentang alam semesta, keadaan geografi dunia, dan tentang bangsa-bangsa lain yang ada di belahan dunia lain.

Tapi keinginan itu lantas menjadi nyata seiring dengan adanya teknologi pelayaran, seperti ditemukannya kompas, meriam, dan alat-alat lainnya. Bahkan juga disokong oleh perkembangan ilmu astronomi dalam navigasi pelayaran. Teknologi dan pengetahuan membuat pencarian tempat penghasil rempah-rempah dapat dilakukan melalui laut, tidak melalui darat yang sudah terputus karena jatuhnya Konstantinopel.


Sejarah Peradaban Bangsa Eropa

Peradaban bangsa eropa

Sumber Freepik 

Baru deh kita masuk ke intinya. Putusnya jalur perdagangan Asia–Eropa mendorong kerajaan-kerajaan di Eropa untuk mencari jalur perdagangan baru. Mereka mencari jalur lain yang lebih sulit dan berbahaya, yaitu mencoba menelusuri surga rempah-rempah lewat pelayaran karena jalur darat sudah ditaklukkan Turki Usmani. Laut menjadi jalan yang ditempuh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah.

Negara yang pertama menginisiasi pelayaran ini adalah Portugis dan Spanyol. Mereka akhirnya berhasil mencapai kepulauan rempah-rempah di timur laut yaitu Asia Tenggara. Pada 1512, armada laut Portugis sampai ke Malaka. Ya, mereka tidak mungkin sendirian. Portugis tiba di Kepulauan Nusantara dengan membawa serta 1.200 orang dan 18 buah kapal. Ini merupakan awal mula kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia.

Disusul kemudian oleh Spanyol dan Belanda lantas mengikutinya. Si pengikut ternyata bahkan memiliki pengaruh yang jauh lebih dalam daripada dua bangsa Eropa sebelumnya. Ini dikarenakan penjajahan yang Belanda lakukan berlangsung sangat lama.

Contoh Soal

Peradaban bangsa eropa

Sumber Freepik

1. Mengapa Bangsa Eropa terobsesi dengan kepulauan nusantara?

Jawab:

Karena nusantara kaya akan rempah-rempah. Yang mana itu akan sangat membantu mereka dalam mengawetkan makanan menjelang musim dingin yang panjang. 


2. Sebutkan faktor yang membuat bangsa Eropa menuju ke Kepulauan Nusantara!

Jawab:

- Perang salib

- Robohnya konstantinopel

- Majunya sains dan teknologi

- Mengincar rempah-rempah



Setelah mendapat pencerahan dari beberapa penjelasan di atas kira-kira gimana nih Sahabat Latis? pembahasan materi Masuknya Bangsa Eropa ke Kepulauan Nusantara sulit ga sih? Biar makin paham materinya yuk ikutan les di les privat terdekat dijamin nilai kamu bakal meningkat Peradaban Bangsa Eropa drastis. Cari les terdekat dengan lokasi kalian yuk!


Baca juga:

Bimbel cpns

Les cpns

Referensi:

1. Kompas.com

Komentar

Popular Post